Tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan sekolah menengah, khususnya SMA dan SMK, telah menjadi perhatian serius. Salah satu solusi paling efektif untuk mengatasi persoalan ini adalah melalui kolaborasi industri dengan pihak sekolah. Kemitraan strategis ini bertujuan untuk menyelaraskan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan nyata dunia kerja, sehingga menghasilkan lulusan yang siap pakai dan memiliki daya saing tinggi.
Kolaborasi industri merupakan jembatan penting yang menghubungkan dunia pendidikan dengan pasar tenaga kerja. Melalui kemitraan ini, industri dapat memberikan masukan langsung mengenai keterampilan dan kompetensi yang paling relevan dengan perkembangan teknologi dan tren pasar. Informasi ini sangat vital bagi sekolah untuk memperbarui dan menyesuaikan kurikulum mereka, memastikan bahwa materi yang diajarkan benar-benar sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Ini akan membantu mengurangi kesenjangan keterampilan (skills gap) yang selama ini menjadi penyebab utama pengangguran lulusan.
Bentuk-bentuk kolaborasi industri bisa bervariasi. Salah satu yang paling efektif adalah program magang atau praktik kerja industri (Prakerin) yang terstruktur dan terarah. Dalam program ini, siswa mendapatkan kesempatan untuk terjun langsung ke lingkungan kerja, mengaplikasikan pengetahuan teoritis, dan mengembangkan keterampilan praktis serta soft skills yang penting seperti disiplin, etos kerja, dan kemampuan beradaptasi. Selain itu, industri juga dapat berkontribusi melalui penyediaan fasilitas pelatihan, pengiriman praktisi ahli sebagai pengajar tamu, atau bahkan dukungan dalam penyusunan modul pembelajaran.
Pemerintah juga berperan besar dalam memfasilitasi kolaborasi ini. Kebijakan yang mendukung “link and match” antara pendidikan vokasi dan industri, serta insentif bagi perusahaan yang aktif berpartisipasi dalam program pendidikan, akan sangat membantu. Dengan demikian, ekosistem pendidikan dan ketenagakerjaan dapat bergerak secara harmonis, menciptakan siklus positif di mana sekolah menghasilkan lulusan berkualitas, dan industri mendapatkan tenaga kerja yang dibutuhkan.
Sebagai informasi, data pengangguran lulusan SMA/SMK di beberapa wilayah metropolitan, seperti Jakarta, menunjukkan bahwa sekitar 20% lulusan masih belum terserap ke pasar kerja per Mei 2025. Menanggapi hal ini, Bapak Dr. Ir. Joko Susilo, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, dalam sebuah seminar daring pada hari Selasa, 13 Mei 2025, pukul 22:37 WIB, menyatakan, “Kolaborasi industri-sekolah bukan lagi pilihan, melainkan keharusan untuk menekan tingkat pengangguran dan mempersiapkan generasi muda yang kompeten.”