Bagi sebagian pria, ketertarikan pada senjata tradisional memiliki daya tarik tersendiri. Di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, terdapat sebuah senjata tradisional yang bukan hanya berfungsi sebagai alat pertahanan, tetapi juga kaya akan nilai seni, budaya, dan spiritual: keris. Lebih dari sekadar sebilah logam, keris adalah representasi dari sejarah panjang dan kearifan lokal masyarakat Jawa. Mari kita mengenal lebih dekat senjata tradisional yang ikonik ini.
Keris adalah senjata tradisional berujung runcing dan bermata dua yang umumnya memiliki panjang sekitar 25 hingga 35 sentimeter. Ciri khas utama keris terletak pada bilahnya yang tidak selalu lurus, melainkan berkelok-kelok atau bergelombang yang dikenal dengan istilah “luk”. Jumlah luk pada keris memiliki makna filosofis tersendiri. Selain luk, pamor atau motif pada bilah keris juga menjadi daya tarik utama. Pamor terbentuk dari lapisan-lapisan logam yang berbeda jenis dan menghasilkan pola yang unik dan indah, seperti garis-garis, bulatan, atau bahkan menyerupai gambar tertentu. Proses pembuatan pamor ini membutuhkan keahlian khusus dan kesabaran tinggi dari seorang empu keris.
Sejarah keris di Jawa diperkirakan telah ada sejak abad ke-9 Masehi. Pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha seperti Majapahit, keris tidak hanya digunakan sebagai senjata tradisional dalam pertempuran, tetapi juga menjadi simbol status dan kekuasaan. Keris pusaka, yang diyakini memiliki kekuatan magis, seringkali diwariskan turun-temurun dalam keluarga kerajaan atau tokoh-tokoh penting masyarakat. Bahkan, pada suatu acara ritual di sebuah desa di Jawa Tengah pada hari Minggu, 20 April 2025, seorang tokoh adat bernama Ki Jaga mengungkapkan bahwa keris pusaka desa tersebut diyakini memiliki kekuatan untuk melindungi desa dari malapetaka.
Selain nilai sejarah dan spiritual, keris juga memiliki nilai seni yang tinggi. Bentuk bilah, pamor, serta ukiran pada bagian hulu (pegangan) dan warangka (sarung keris) merupakan karya seni yang menakjubkan. Hulu keris biasanya terbuat dari kayu, gading, atau tanduk dengan berbagai bentuk ukiran yang khas dari masing-masing daerah di Jawa. Warangka juga dibuat dengan berbagai model dan bahan, seringkali dihiasi dengan ukiran atau lapisan logam mulia. Pada sebuah pameran senjata tradisional yang diadakan di Museum Nasional Jakarta pada tanggal 15 Maret hingga 22 Maret 2025, seorang kurator bernama Bapak Arya menjelaskan bahwa setiap detail pada keris mencerminkan filosofi dan estetika masyarakat Jawa pada masanya.
Meskipun zaman telah berubah, keris tetap memiliki tempat istimewa dalam budaya Jawa. Keris masih sering digunakan dalam berbagai upacara adat, seperti pernikahan atau ritual keagamaan. Bahkan, beberapa pria Jawa masih menyimpan dan merawat keris sebagai bagian dari warisan leluhur. Mengenal keris lebih dekat bukan hanya tentang memahami sebuah senjata tradisional, tetapi juga tentang mengapresiasi kekayaan budaya dan sejarah bangsa Indonesia.