Wacana memasukkan pembelajaran saham ke kurikulum SD sedang ramai dibicarakan. Para pakar memberikan pandangan beragam. Ide ini bertujuan menanamkan literasi keuangan sejak dini, meski implementasinya tentu perlu kajian mendalam dan persiapan matang di berbagai aspek.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjadi salah satu penggagasnya. Beliau berharap anak-anak bisa mengenal pasar modal lebih awal. Ini bukan sekadar tentang jual beli saham, tetapi lebih ke arah pemahaman dasar pengelolaan uang dan investasi yang penting untuk masa depan.
Namun, beberapa pengamat pendidikan dan pasar modal menilai terlalu dini. Anak SD sebaiknya fokus pada konsep dasar personal finance terlebih dahulu. Misalnya, belajar menabung, mencatat keuangan sederhana, dan memahami nilai uang dalam kehidupan sehari-hari, sebelum melangkah ke investasi.
Tantangan terbesar adalah kesiapan guru. Mayoritas guru SD belum memiliki latar belakang di bidang investasi atau pasar modal. Diperlukan pelatihan intensif dan materi edukasi yang disesuaikan agar mereka mampu menyampaikan konsep ini secara efektif dan menyenangkan bagi anak-anak.
Kurikulum yang akan disusun harus relevan dengan usia anak SD. Materi perlu dikemas dalam bentuk cerita, permainan, atau simulasi sederhana. Tujuannya agar konsep abstrak seperti saham bisa dipahami secara konkret dan tidak membebani daya tangkap mereka yang masih berkembang.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) menyambut baik ide ini. Mereka menyatakan kesiapan untuk membantu menyusun modul kurikulum dan memberikan pelatihan. Ini menunjukkan komitmen bersama dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat.
Dampak positif yang diharapkan adalah terbentuknya generasi yang melek finansial. Mereka akan lebih bijak dalam mengelola keuangan, berani berinvestasi dengan perhitungan, dan mampu membuat keputusan finansial yang tepat di masa depan. Ini penting untuk kemandirian ekonomi.
Namun, ada kekhawatiran lain. Perlu dipastikan bahwa fokus utama pendidikan karakter dan etika tidak tergeser. Literasi keuangan harus sejalan dengan penanaman nilai-nilai moral agar anak tidak hanya cerdas secara finansial, tetapi juga berintegritas.
Wacana ini adalah langkah awal yang menarik. Pembelajaran saham di kurikulum SD membutuhkan sinergi banyak pihak: pemerintah, pendidik, pakar keuangan, dan orang tua. Dengan persiapan matang, Indonesia bisa mencetak generasi investor yang cerdas dan bertanggung jawab.